Facebook
RSS

Rasulullah Shallallahu’alaihi wa Sallam Di Bulan Ramadhan


Oleh: Syaikh DR. Muhammad Musa Alu Nashr
Tamu agung nan penuh barakah akan kembali mendatangi kita. Kedatangannya yang terhitung jarang, hanya sekali dalam setahun menumbuhkan kerinduan mendalam di hati kaum Muslimin. Leher memanjang dan mata nanar memandang sementara hati berdegup kencang menunggu kapan gerangan hilalnya terbit.
Itulah Ramadhân, bulan yang sangat dikenal dan benar-benar ditunggu kehadirannya oleh kaum Muslimin.
Kemuliaanya diabadikan dalam al-Qur’ân dan melalui untaian-untaian sabda Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Allâh Azza wa Jalla menjadikannya sarat dengan kebaikan, mulai dari awal Ramadhan sampai akhir. Allâh Azza wa Jalla berfirman

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِّنَ الْهُدَىٰ وَالْفُرْقَانِ

“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhân, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) al-Qur’ân sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)”.[al-Baqarah/2:185]
Jiwa yang terpenuhi dengan keimanan tentu akan segera mempersiapkan diri untuk meraih keutamaan serta keberkahan yang yang ada didalamnya.
Pada bulan ini Allah Azza wa Jalla menurunkan al-Qur’ân. Seandainya bulan Ramadhan tidak memiliki keutamaan lain selain turunnya al-Qur’ân maka itu sudah lebih dari cukup. Lalu bagaimana bila ditambah lagi dengan berbagai keutamaan lainnya, seperti pengampunan dosa, peninggian derajat kaum Mukminin, pahala semua kebaikan dilipatgandakan, dan pada setiap malam Ramadhan, Allah Azza wa Jalla membebaskan banyak jiwa dari api neraka.
Pada bulan mulia ini, pintu-pintu Surga dibuka lebar dan pintu-pintu neraka ditutup rapat, setan-setan juga dibelenggu. Pada bulan ini juga ada dua malaikat yang turun dan berseru, “Wahai para pencari kebaikan, sambutlah ! Wahai para pencari kejelekan, berhentilah !”
Pada bulan Ramadhân terdapat satu malam yang lebih utama dari seribu bulan. Orang yang tidak mendapatkannya berarti dia terhalang dari kebaikan yang sangat banyak.
Mengikuti petunjuk Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang mulia dalam melakukan ketaatan adalah hal yang sangat urgen, terlebih pada bulan Ramadhan. Karena amal shalih yang dilakukan oleh seorang hamba tidak akan diterima kecuali jika dia ikhlash dan mengikuti petunjuk Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Jadi, keduanya merupakan rukun diterimanya amal shalih. Keduanya ibarat dua sayap yang saling melengkapi. Seekor burung tidak bisa terbang dengan menggunakan satu sayap.
Melalui naskah ringkas ini, marilah kita berusaha untuk mempelajari prilaku Rasûlullâh di bulan Ramadhân agar kita bisa meneladaninya. Karena orang yang tidak berada diatas petunjuk Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam di dunia dia tidak akan bisa bersama beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam di akhirat. Kebahagiaan tertinggi akan bisa diraih oleh seseorang ketika ia mengikuti petunjuk Rasûlullâh secara lahir dan batin. Dan seseorang tidak akan bisa mengikuti Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam kecuali dengan ilmu yang bermanfaat. Ilmu itu tidak akan disebut bermanfaat kecuali bila diiringi dengan amalan yang shalih. Jadi amalan shalih merupakan buah ilmu yang bermanfaat.
Dibawah ini adalah beberapa kebiasaan dan petunjuk Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam pada bulan Ramadhân :
a). Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak akan memulai puasa kecuali jika beliau sudah benar-benar melihat hilal atau berdasarkan berita dari orang yang bisa dipercaya tentang munculnya hilal atau dengan menyempurnakan bilangan Sya’bân menjadi tiga puluh.
b). Berita tentang terbitnya hilal tetap beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam terima sekalipun dari satu orang dengan catatan orang tersebut bisa dipercaya. Ini menunjukan bahwa khabar ahad bisa diterima.
c). Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang umatnya mengawali Ramadhân dengan puasa satu atau dua hari sebelumnya kecuali puasa yang sudah terbiasa dilakukan oleh seseorang. Oleh karena itu, beliau n melarang umatnya berpuasa pada hari Syak (yaitu hari yang masih diragukan, apakah sudah tanggal satu Ramadhan ataukah masih tanggal 30 Sya’bân-red)
d). Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam berniat untuk melakukan puasa saat malam sebelum terbit fajar dan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyuruh umatnya untuk melakukan hal yang sama. Hukum ini hanya berlaku untuk puasa-puasa wajib, tidak untuk puasa sunat.
e). Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak memulai puasa sampai benar-benar terlihat fajar shadiq dengan jelas. Ini dalam rangka merealisasikan firman Allâh Azza wa Jalla :

وَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّىٰ يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الْأَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الْأَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِ

“Dan makan serta minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar”. [al-Baqarah/2:187]
Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menjelaskan kepada umatnya bahwa fajar itu ada dua macam fajar shâdiq dan kâdzib. Fajar kadzib tidak menghalangi seseorang untuk makan, minum, atau menggauli istri. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah ekstrem kepada umatnya, baik pada bulan Ramadhân ataupun bulan lainnya. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah mensyari’atkan adzan (pemberitahuan) tentang imsak.
f). Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyegerakan berbuka dan mengakhirkan sahur. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

لَا تَزَالُ أُمَّتِي بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوا الْفِطْرَ

“Umatku senantiasa baik selama mereka menyegerakan berbuka”
g). Jarak antara sahur Rasûlullâh dan iqâmah seukuran bacaan lima puluh ayat
h). Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam memiliki akhlak yang sangat mulia. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling mulia akhlaknya. Bagaimana tidak, akhlak beliau adalah al-Qur’ân, sebagaimana diceritakan oleh Aisyah Radhiyallahu ‘anha. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat menganjurkan umatnya untuk berakhlak mulia, orang-orang yang sedang menunaikan ibadah berpuasa. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ

“Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkatan dan perbuatan dusta, maka tidak membutuhkan puasanya sama sekali”.
i). Rasûlullâh sangat memperhatikan muamalah yang baik dengan keluarganya. Pada bulan Ramadhân, kebaikan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada keluarga semakin meningkat lagi.
j). Puasa tidak menghalangi beliau untuk sekedar memberikan kecupan manis kepada para istrinya. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling kuat menahan nafsunya.
k). Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak meninggalkan siwak, baik di bulan Ramadhân maupun diluar Ramadhân guna membersihkan mulutnya dan upaya meraih keridhaan Allâh Azza wa Jalla.
l). Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berbekam padahal beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang menunaikan ibadah puasa. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam membolehkan umatnya untuk berbekam sekalipun sedang berpuasa. Pendapat yang kontra dengan ini berarti mansukh (telah dihapus).
m). Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berjihad pada bulan Ramadhân dan menyuruh para shahabatnya untuk membatalkan puasa mereka supaya kuat saat berhadapan dengan musuh.
Diantara bukti Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam sayang kepada umatnya yaitu beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam membolehkan orang yang sedang dalam perjalanan, orang yang sakit dan oranng yang lanjut usia serta wanita hamil dan menyusui untuk membatalkan puasanya.
n). Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih bersungguh-sungguh dalam menjalankan ibadah pada bulan Ramadhân bila dibandingkan dengan bulan-bulan lain, terutama pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhân untuk mencari lailatul qadr.
o). Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam beri’tikaf pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhân kecuali pada tahun menjelang wafat, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam beri’tikaf selama dua puluh hari. Ketika beri’tikaf, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu dalam keadaan berpuasa
p). Ramadhân adalah syahrul Qur’ân (bulan al-Qur’ân), sehingga tadarus al-Qur’ân menjadi rutinitas beliau, bahkan tidak ada seorangpun yang sanggup menandingi kesungguh-sungguhan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam tadarus al-Qur’ân. Malaikat Jibril Alaihissallam senantiasa datang menemui beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk tadarus al-Qur’ân dengan Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
q). Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang dermawan. Kedermawanan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam di bulan Ramadhân tidak bisa digambarkan dengan kata-kata. Kedermawanan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam ibarat angin yang bertiup membawa kebaikan, tidak takut kekurangan sama sekali.
r). Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah seorang mujahid sejati. Ibadah puasa yang sedang beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam jalankan tidak menyurutkan semangat beliau untuk andil dalam berbagai peperangan. Dalam rentang waktu sembilan tahun, beliau mengikuti enam pertempuran, semuanya terjadi pada bulan Ramadhân. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga melakukan berbagai kegiatan fisik pada bulan Ramadhân, seperti penghancuran masjid dhirâr [1], penghancuran berhala-berhala milik orang Arab, penyambutan duta-duta, penaklukan kota Makkah, bahkan pernikahan beliau dengan Hafshah
Intinya, pada masa hidup Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam, bulan Ramadhân merupakan bulan yang penuh dengan keseriusan, perjuangan dan pengorbanan. Ini sangat berbeda dengan realita sebagian kaum Muslimin saat ini yang memandang bulan Ramadhân sebagai saat bersantai, malas-malasan atau bahkan bulan menganggur atau istirahat.
Semoga Allâh Azza wa Jalla memberikan taufik kepada kita untuk selalu mengikuti jejak Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam, hidup kita diatas sunnah dan semoga Allah Azza wa Jalla mewafatkan kita juga dalam keadaan mengikuti sunnah Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Sumber: Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 04-05/Tahun XIV/1431H/2010M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondanrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858197] [almanhaj.or.id]
[ Read More ]

Cerita kita


Dikutip Oleh andreas.blogspot.com

Singkat Ku Ceritakan:
Pada Suatu Hari Aku Menemui Seorang Wanita Yang Pintar Dan Cantik,Awal Pertemuan Aku Sudah Merasa Ada Kecocokan Dengannya,Aku Sering Bertemu Dan Akupun Mulai Merasakan Cinta Kepadanya Dan Ingin Selalu Bersamanya Tak Dapat Hidup Tanpanya (namanya juga jatuh cinta),Ketika Perasaan Cintaku Padanya Mulai Tak Dapat Ku Tahan Akupun Menembaknya Dan Aku Diterima Karna Dia Pun Ternyata Mencintaiku .
Akhirnya Aku Menjalani Suatu Hubungan Yang Serius (pacaran),Hari Demi Hari,Bulan Demi Bulan Hubungan Ku Dengannya Semakin Tak Dapat Dipisahkan,Aku Berpacaran Lumayan Lama 1Tahun Lebih,Karna Ketika Itu Kami Terlalu Sering Bersama,Kami Melakukan Hal Yang Tak Sewajarnya,Akibatnya Kami Mengalami Suatu Masalah. Awalnya Akupun Tidak Mengetahui Karna Tidak Ada Tanda-Tanda,Apa Lagi Pacarku Sibuk Dengan Kegiatannya,Tanpa Di Sadari Hal Itu Telah Terjadi,Setelah Di Cek Ke Dokter Ternyata Positif Hamil. Aku Bingung,Apa Yang Harus Aku Katakan Pada Orang Tuaku Dan Pada Orang Tua Pacarku,Tapi Aku Tidak Pernah Menyesali Karna Itulah Hasil Dari Perbuatan Yang Aku Lakukan. Aku Ingin Berterus Terang,Aku Ingin Bertanggung Jawab, Aku Hanya Bingung Bagaimana Mencari Waktu Yang Tepat Untuk Mengatakannya.
Setelah Itu Akupun Menikahinya,Setelah Menikah Hidupku Berdua Semakin Bahagia Dan Semakin Mesra,Dulu Saat Pacaran Aku Pernah Berpikir Tak Akan Dapat Bersatu,Tapi Akhirnya Kamipun Bisa Bersatu Dalam Ikatan Pernikahan,Saat Pacaran Mungkin Aku Tak Bertemu Dengannya Tiap Hari,Setelah Menikah Aku Bisa Bertemu Dengannya Setiap Hari.
Ketikan Pernikahanku Menjalani Masa 2Minggu Hadirlah Mertua Di Dalam Rumah Tanggaku,Dan Mengatur Apa Yang Harus Aku Lakukan(seakan aku ini tidak bisa mengurus rumah tangga sendiri).
Suatu Ketika Disaat Hari Libur Sang Mertua Tinggal Di Rumahku Selama 2 Hari, Setelah 2 Hari Mertua Berkata Kepadaku:
Mertua….:
Kamu Saya Lihat Beberapa Hari Ini Tidak Pernah Sholat Gimana Mau
Membimbing Keluarga.
Kamu Saya Lihat Beberapa Hari Ini Selalu Bangun Siang Gimana Mau
Mengurus Rumah Tangga.
Kalo Kamu Sudah Jadi Bagian Keluarga Anak Saya Kamu Harus Ikut Aturan
Dari Keluarga Anak Saya
Saya Ini Sama Anak Saya Selalu Menyurus Sholat, Dan Anak Saya Selalu
Bangun Pagi.
Aku….:
Bu Saya Melakukan Sesuatu Tidak Bisa Hanya Untuk Mencari Muka, Itulah
Kebiasaan Saya, Saya Tidak Dapat Menutupinya,
Memang Saya Ngga Pernah Sholat,Memang Saya Kalo Hari Libur Selalu
Bangun Siang,Tetapi Sebelum Ibu Bilang Kepada Saya,Saya Juga Sudah Ada
Keinginan Dan Niat Pengen Berubah,Saya Juga Tidak Mungkin Begini Terus
Setelah Berumah Tangga,Tapi Semua Itu Butuh Waktu,Saya Ngga Mungkin
Langsung Menghilangkan Kebiasaan Saya.
(Saat Itu Aku Merasa Sedih,Baru Saja Mertua Tinggal Bersamaku 2Hari Sudah
Menasehatiku Dengan Kata-Kata Seperti Itu,Seakan Aku Ini Tidak Baik
Keluarganyalah Yang Paling Baik. Aku Jadi Tidak Malah Terdorong,Karna Aku Merasa Perkataan Itu Terlalu Mejatuhkanku Dan Membanding-Bandingkanku Dengan Keluarganya).
Semenjak Itu Pandangan Mertua Terhadapku Sudah Lain.
Aku Jalani Hubungan Dengan Tidak Tinggal Satu Rumah Bersama Isteri,Mertua Mengajak Tinggal Bersamanya Tapi Aku Menolak,Akupun Tinggal Bersama Orang Tuaku.Aku Tidak Mau Membuat Sedih Hati Isteriku Seandainya Aku Ikut Tinggal Bersama Mertua Nanti Terjadi

Perselisihan Karna Ketidak Sukaanku Terhadap Sifat Mertua,Karna Ku Lihat Mertuaku Sifatnya Keras,Aku Tidak Bisa,Apalagi Ditempat Mertua Pastilah Aku Terbatas Melakukan Sesuatu Karna Aku Hanya Menumpang Di Situ.
Walapun Aku Tidak Tinggal Serumah Bersama Isteri, Terkadang Saat Libur Kerja Aku Membawanya Untuk Tinggal Bersamaku.
Bila Isteri Berada Di Rumahku Dan Ketika Mertua Ingin Bertemu Anaknya Selalu Di Jemput Pulang Tanpa Bilang Kepadaku,Dan Itu Sering Sekali Terjadi.
Sedangkan Aku Belum Merasa Cukup Bersama Isteriku,Tapi Kenapa Begitu Mertua Ingin Bertemu Anaknya Malah Dijemput Untuk Pulang,Aku Heran Apakah Mertuaku Tidak Mau Ber Lama-Lama Dirumahku,Apakah Mertua Tidak Bisa Bertemu Anaknya Tanpa Harus Membawanya Pulang. Sedangkan Kalo Aku Membawa Isteri Tak Pernah Lama,Hanya Beberapa Hari Dan Setelah Itu Aku Antar Kembali Ketempat Mertua. Setiap Aku Ingin Membawa Isteri,Aku Juga Selalu Baik Dan Ijin Kepada Mertua,Tapi Kenapa Begitu Mertua Membawa Anaknya Bilang Kepadakupun Tidak,Apakah Anggapan Mertua Tidak Perlu Harus Bilang Kepadaku Bila Ingin Membawa Anaknya Dari Rumahku.
Waktupun Berlalu Dan Lahirlah Buah Hati Kami Di Rumahku,Aku Sangat Senang,Apa Lagi Saat Aku Mendengar Buah Hatiku Menangis Saat Pertama Lahir Kedunia,Aku Merasa Telah Menjadi Ayah,Segala Sesuatu Pada Saat Itu Aku Melakukan Apa Yang Dilakukan Seorang Suami Terhadap Isteri Yang Habis Melahirkan. Aku Sangat Sayang Kepada Anakku,Ketika Malam Anakku Tidur Aku Menjaganya Hingga Pagi,Di Dalam Soal Menggendong Dan Memandikan Anak,Aku Memang Masih Dibantu Karna Aku Merasa Takut Untuk Mengangkatnya Karna Umurnya Saat Itu Masih Beberapa Hari. Saat Umur Anakku 1Minggu Mertua Membawanya Dan Tanpa Membicarakannya Kepadaku Terlebih Dulu,Aku Merasa Sedih, Aku Merasa Kecewa,Aku Merasa Kasihan Dengan Anakku Yang Umurnya Masih 1Minggu Di Bawa Jalan Jauh. Baru Saja Aku Bahagia Punya Anak Dan Ingin Bersamanya Mertua Sudah Membawanya Pergi,Aku Pengen Melarang!! Tapi Aku Ngga Mau Membuat Istriku Sedih Seandainya Aku Melara Orang Tuanya Untuk Membawa Anaku,Akhirnya Akupun Mengalah Dan Aku Biarkan Mu
ngkin Mertuaku Ingin Bersama Cucunya Tapi Tidak Mau Di Tempatku. Jadi Setelah Itu Setiap Aku Ingin Bertemu Dengan Anak Istri Akulah Yang Mendatanginya,Bila Ku Sudah Bertemu Mereka Hatikupun Terhibur,Aku Bercanda, Aku Tertawa Apapun Yang Jadi Beban Pikiranku Pada Saat Bekerja Hilang Setelah Aku Bertemu Mereka.
Setelah Kami Punya Anak Mertuapun Masih Mengatur Atur Urusan Rumah Tangga Kami Berdua,Seakan Masih Tidak Mau Kami Berdua Mandiri Dan Mengurus Keluarga Kami Sendiri,Maunya Mertua Kami Selalu Mengikuti Apa Maunya. Saat Itupun Mertua Jarang Sekali Komunikasi Kepadaku,Apa Yang Mertua Ingin Sampaikan Kepadaku Selalu Lewat Anaknya,Aku Sempat Menentang Apa Maunya Mertua,Karna Menurutku Itu Sudah Sangat Berlebihan Mengatur Rumah Tangga Kami. Lalu Aku Terucap Kata-Kata Yang Melawan Sifat Keras Mertua,Dan Mertua Langsung Memponis Aku Tidak Menghargainya Dan Membantah Apa Keinginannya,Aku Bingung Begitu Mertua Punya Keinginan Aku Ikuti,Tapi Kenapa Begitu Aku Yang Punya Keinginan Malah Mertua Tidak Mendukung. Semenjak Itu Hubunganku Dengan Mertua Mulai Timbul Ketidak Cocokan,Ketidak Cocokan Itu Akhirnya Terjadi Juga Padahal Selama Ini Aku Hindari.
Aku Sempat Mengajak Isteri Untuk Tinggal Bersamaku,Tetapi Isteri Tetap Tinggal Bersama Orang Tuanya,Karna Maunya Mertua Isteriku Tidak Boleh Tinggal Pisah Bersamanya. Aku Bingung,Apakah Aku Harus Ketempat Isteri Dengan Keadaan Mertua Yang Seperti Itu Kepadaku. Akupun Mengalah,Aku Tetap Selalu Mendatangi Isteri Dan Anak Walaupun Jarang Karna Kesibukan Pekerjaan,Sedangkan Isteriku Tidak Pernah Mendatangiku.
Saat Itu Setiap Apapun Yang Akan Aku Lakukan Kepada Isteri Dan Anakku,Mertua Mengharuskan Aku Ijin Kepadanya,Dan Sedangkan Apapun Yang Mertua Lakukan Pada Isteri Dan Anakku,Mertua Tidak Pernah Ijin Kepadaku,Aku Merasa Mertua Tidak Menganggapku

Ada,Dan Aku Yang Harus Menganggap Mertua Dan Harus Mengikuti Semua Kemauan Egonya.. Aku Tetap Ikuti Apa Mau Mertua Walaupun Itu Masih Bertentangan Denganku. Aku Selalu Mengalah Karna Aku Sangat Sayang Pada Isteri Dan Anakku
Waktupun Terus Berjalan Dan Akupun Masih Menjalani Hubungan Dengan Istri. Tetapi Isteriku Selama Dia Tinggal Bersama Orang Tuanya Saat Perlu Saja Baru Menghubungiku,Sewaktu Ketika Saat Aku Mendatanginya,Isteri Bukan Malah Melayaniku Tetapi Isteri Malah Menyuruh Padahal Itu Dapat Dia Lakukan Sendiri,Hatiku Berkata Kenapa,Apakah Aku Ini Bukan Suaminya,Apakah Aku Ini Pembantu Baginya,Tapi Itu Tidak Aku Ucapkan Kepadanya. Walaupun Isteri Begitu Kedapku, Aku Tetap Menjalin Hubungan Padanya,Tetapi Semakin Lama Dia Bersama Orang Tuanya Tidak Semakin Berubah,Diapun Semakin Manja Dan Tidak Menghargai Aku Dan Tidak Memperdulikanku,Kemanapu Dia Pergi Tak Pernah Mengasih Kabar Kepadaku,Begitupun Dengan Kabar Anak Dia Tidak Pernah Memberi Berita.
Lalu Akupun Menegurnya :
Kamu Itu Tau Ngga Posisimu Sekarang,Kamu Itu Tau Ngga Arti Seorang Isteri Dan Bagaymana Sikap Isteri Terhadap Suami. Apa Sih Susahnya Kasih Kabar,Suamimu Ini Juga Khawatir Padamu Seandainya Terjadi Apa-Apa Terhadapmu Diluar Sana,Dan Sadarilah Kamu Itu Sudah Menjadi Isteri Dan Seorang Ibu,Tak Sepantasnya Kamu Ke Mana-Mana Tanpa Seijin Suami. Mungkin Suamimu Ini Jarang Menemuimu Tapi Suamimu Ini Kerja Untuk Mencari Nafkah Buatmu Dan Anakmu,Tolonglah Beri Berita Tentang Anak,Kamu Selalu Bersama Anak Tapi Suamimu Ini Kan Tidak,Setiap Di Sms Kamu Jarang Membalas,Setiap Di Telfon Kamupun Jarang Menerima,Sesibuk Apapun Orang Hidup Aja Masih Ada Waktu Untuk Tidur,Dirimu Apa Sudah Tidak Ada Waktu Lagi Buat Ngasih Kabar Kesuami. Apakah Anak Itu Bukan Anakku Sampai Kamu Tidak Pernah Mau Mengasih Berita. Anak Kamu Bawa Kemana Mana Yang Seharusnya Tak Lebih Membutuhkannya,Kalo Kamu Sadar Harusnya Kamu Membawa Anak Mendatangi Ayahnya Karna Ayahnya Ngga Bisa Datang Karna Sibuk Bekerja.
Setelah Berkata Seperti Itu Tanggapan Isteri Malah Aku Ini Salah,Dan Maunya Isteri Akulah Yang Harus Nurut Padanya Dan Orang Tuanya,Kalo Aku Ingin Bertemu Akulah Yang Harus Mendatanginya,Dan Apapun Yang Aku Kerjakan Harus Sepengetahuannya Sedangkan Apa Yang Dia Kerjakan Tak Harus Sepengetahuan Aku. Pada Saat Itu Aku Tak Bisa Lagi Berkata Apa-Apa,Aku Cuman Merenung Inilah Akibat Mertua Yang Ikut Campur Urusan Rumah Tangga Kami,Jadi Setatus Aku Sebagai Suami Tidak Ada Lagi Berarti,Karna Apapun Yang Aku Katakan Isteri Merasa Dirinya Ada Yang Membela Jadi Apapun Perkataanku Selalu Di Tentang. Aku Merasa Tak Ada Lagi Yang Menganggap Aku Ada Termasuk orang Yang Aku Sayangi Yang Telah Menjadi Isteriku Sekarang.
Setelah Kejadian Itu Akupun Tidak Lagi Perhatian Padanya(cuwek),Aku Sengaja Berharap Isteri Menyadari Kenapa Aku Begitu Dan Pantaskah Sikap Yang Dia Tunjukan Terhadapku. Tetapi Setelah Aku Mendiamkan,Isteriku Malah Tetap Sifatnya Seperti Itu Dan Malah Diamnya Aku Dianggap Tidak Lagi Peduli Padanya Dan Tidak Lagi Menganggapnya Isteri. Aku Bingung Dengan Apa Aku Harus Bertindak,Ketika Kesabaraku Mulai Hilang,Akupun Mengeluarkan Kata-Kata Kepada Isteri,Kata-Kataku Itu Memang Jahat Tetapi Tujuanku Baik. Setelah Aku Berkata Kepadanya Bukan Malah Berpikir Isteriku,Malah Meminta Pengen Pisah Dariku. Setelah Aku Mengeluarkan Kata-Kata Itu Dan Isterikupun Menanggapinya Begitu Kami Jadi Tak Pernah Lagi Komunikasi,Kami Tak Pernah Lagi Bertemu.
Setelah Berapa Bulan Akupun Yang Mengalah Karna Aku Merasa Sangat Sayang Kepadanya,Aku Mendatanginya Dan Meminta Maaf,Bahkan Aku Menjelaskan Kenapa Aku Berucap Seperti Itu Kepadanya.
Isteriku Menjawab:Setelah Kamu Berucap Kata Yang Menyakitkan Hatiku, Aku Tidak Lagi Mencintaimu Dan Ingin Kita Pisah.
Akupun Terdiam Hanya Bertanya Dalam Hati,Apa Sebenarnya Salahku,Apakah Salah Aku Sudah Mengakui Kesalahan Dan Meminta Maaf,Sedangkan Isteriku Sendiri Jangankan Meminta Maaf

Atas Kesalahannya,Menyadarinya Saja Juga Tidak,Dan Aku Membayangkan Sejenak Seandainya Aku Pisah Siapa Yang Melindungi Anaku Nanti,Siapa Yang Merawat Sepenuhnya Anaku Nanti,Gimana Masa Depan Anakku,Seandainya Anakku Besar Nanti Dia Bertanya Siapa Ayahnya,Siapa Ibunya Kenapa Orang Tuaku Pisah,Dan Kenapa Aku Dilahirkan Dengan Kondisi Keluarga Yang Tidak Utuh,Apa Yang Harus Aku Jawab? Walaupun Aku Masih Dapat Menikah Lagi,Tetapi Tidak Semua Yang Dapat Menerima Dengan Setatusku Seperti Ini,Apalagi Aku Punya Anak,Apakah Ada Yang Mau Mengurus Anakku Dengan Sepenuh Hati.
Isteriku Sudah Tak Mau Lagi Melihatku,Tak Mau Lagi Ngobrol Denganku Dan Kalopun Aku Bertanya Sesuatu Padanya Dia Selalu Menjawab Dengan Kebohongan,Sifatnya Sudah Terbalik Tak Seperti Waktu Kami Pacaran Dulu(berubah drastis). Aku Tak Menyalahkannya,Aku Malah Menyalahkan Diriku Sendiri,Aku Menyesal Kenapa Aku Berucap Seperti Itu Kepada Isteriku Yang Sangat Aku Sayangi. Aku Sadar Dengan Apa Yang Aku Ucapkan,Dan Ucapan Itupun Juga Masih Dalam Tujuan Yang Baik Bukan Aku Berucap Karna Tak Ada Sebab(harusnya isteri bisa menyadari). Okey Mungkin Biarlah Waktu Yang Menjawabnya,Yang Penting Aku Sudah Mengakui Kesalahan,Meminta Maaf Dan Berjanji Tidak Akan Mengulangi,Kalopun Isteri Tetap Merasa Aku Yang Salah Itu Hak Dia.
Walaupun Isteri Sudah Tidak Lagi Mau Menyapa Dan Bertemu,Aku Tetap Ketempatnya Karna Ada Anak Yang Harus Aku Perhatikan Dan Aku Beri Kasih Sayang. Setiap Hari Libur Kerja Aku Datang Ketempatnya Dan Bermain Dengan Anakku,Setiap Datang Aku Haya Selalu Dengan Anak Di Ruang Tamu Dan Tanpa Disediakan Apa-Apa,Isteri Dan Mertua Selalu Di Dalam Kamar.
Pernah Suatu Ketika Sahabatku Mendatangiku Pada Saat Berada Di Tempat Isteri, Dan Sahabatku Bertanya Kepadaku :
Sahabat….:
Mana Isterimu Dan Mana Keluarganya Yang Lain
Aku….:
Ada Tapi Di Dalam Kamar, Paling Kalo Aku Panggil Pas Minta Buatkan Susu Aja Baru Keluar Dan Itupun Adiknya Yang Membuatkan Susu Anaku,Isteriku Udah Ngga Mau Tau
Sahabat….:
Loh Apakah Kamu Berdua Sama Anakmu Aja Dari Tadi
Aku….: Iya
Sahabat….: Kenap Ko Begitu
Aku….:
Ngga Tau Juga Kenapa Dia Sampai Begitu Denganku, Lalu Aku Bilang Kepada Sahabatku,Maaf Tidak Bisa Menyediakan Apa-Apa,Gimana Mau Menyediakan Sedangkan Kamu Bisa Liat Sendiri Keadaanku Sekarang,Akupun Dari Tadi Seharian Tidak Di Sediakan Apa-Apa
Sahabat….: Tidak Apa Lah
Didalam Hati Aku Merasa Tidak Enak, Akupun Keluar Mencari Minum Dan Membelinya Buat Diriku Dan Buat Sahabatku.
Masih Tiap Hari Libur Kerja Aku Mendatangi Anak Dan Tetap Selalu Dalam Keadaan Tak Disediakan Apa-Apa,Setiap Aku Datang Isteri Maupun Mertua Selalu Di Kamar Nonton Tv Sambil Ter Tawa-Tawa,Mereka Sarapan Pagi,Mereka Makan Siang,Tetapi Mereka Tak Ada Menawarkan Kepadaku Termasuk Isteriku Sendiri. Dari Aku Datang Hingga Aku Pulang Isteri Tidak Ada Menyambut Dan Mengantarkanku,Selama Aku Ditempatnya Isteri Juga Tidak Mau Menemaniku Bersama Anak Kami,Aku Bingung Apa Salahku Sebenarnya,Sampai Sifat Isteriku Sendiri Yang Dulu Pernah Menyayangiku Begitu Terhadapku,Apakah Itu Hanya Raganya Saja Dan Yang Menggerakan Bukan Sesungguhnya Isteriku,Sampai Pernah Dia Bilang Melihat Mukaku Tiap Hari Membuatnya Muyak. Apakah Isteriku Dipengaruhi Sama Orangtuanya,Aku Tidak Mau Berpikir Macam-Macam,Tidak Mungkin Lah Mertuaku Sampai Setega Itu,Tapi Aku Juga Memikirkannya Dan Bingung,Kalo Memang Isteriku Pribadi Yang Marah Sama Aku,Tapi

Kenapa Mertua Tidak Ada Tindakan Seakan Mertualah Yang Mengge
rakan Sifat Isteriku Begitu. Bagi Mereka Aku Mau Datang Atow Tidak Kerumahnya Itu Terserah,Dan Kalo Aku Datang Tidak Akan Di Temani Dan Tidak Akan Disediakan Apa-Apa.
Aku Merasa Tidak Mungkin Mau Begitu Terus,Setiap Aku Datang Tak Makan,Tak Minum,Tak Di Tanggapin Pula,Seandainya Meninggalkan Anak Untuk Cari Makan Diluar Akupun Tak Tega,Karna Anakku Masih Kecil,Sedangkan Kalo Aku Ingin Pulang Saja,Aku Menidurkannya Dulu Barulah Aku Meninggalkannya.
Aku Pernah Meminta Ijin Ingin Membawa Anak Selama Aku Libur,Dan Setelah Libur Aku Akan Mengantarkannya Lagi Kepada Isteriku,Tetapi Mertuaku Dan Isteriku Malah Mepersulit. Aku Bingung Sedangkan Itu Anakku,Tak Berhak Mereka Begitu Terhadapku,Tapi Malah Mereka Yang Menentukan Keputusan.
Keesokan Harinya Aku Mencoba Berbicara Dengan Isteriku,Saat Itu Sangat Sulit Sekali Mengajaknya Berbicara,Malah Dia Sempat Marah Kepadapku Ntah Kenapa Setiap Aku Ingin Bertemu Dengannya Dia Pasti Marah Seperti Tidak Pengen Sama Sekali Bertermu Denganku,Padahal Aku Saat Itu Berada Dirumahnya Tapi Seakan Dia Menutup Diri. Akhirnya Akupun Dapat Berbicara Walau Dia Merasa Terpaksa, Lalu Aku Bertanya Kepadanya,Kapan Ada Waktu Menemaniku Membawa Si Kecil Kerumah,Karna Mbahnya Juga Ingin Melihat,Isteriku Menjawab:Aku Tidak Bisa,Aku Lagi Sibuk,Aku Tidak Punya Waktu Jangan Ganggu Aku,Saat Dia Menjawab Seperti Itu Aku Bisa Pahami Ucapanya Dan Aku Ngga Akan Merepotkannya,Aku Meminta Padanya Bagaimana Kalo Aku Meminta Keluargaku Untuk Menemani Bawa Si Kecil,Karna Kamu Kan Sudah Berkata Sibuk Jadi Aku Juga Tidak Mungkin Memaksakannya,Tetapi Isteriku Juga Tidak Membolehkan,Aku Terdiam Apa Sih Maunya,Aku Coba Cara Lain(mungkin selama ini isteri atowpun mertuaku merahasiakan nor telponnya ke
padaku ntah maksudnya akupun tidak tahu,malah dulu kalo aku sms kepada isteri,mertua melarang untuk isteriku membalasnya,dan setiap apa yang aku sms kepada isteri,mertua selalu ingin tahu apa isinya) Akupun Memberikan Hp Biarlah Kalo Mereka Merahasiakan Nor Mereka Kepadaku Aku Beri Hp + Sama Nornya. Walaupun Anak Tidak Dapat Ku Bawa Aku Berharap Dengan Hp Itu Aku Masih Dapat Menghubungi Dan Menanyakan Kabar Anak,Karna Aku Merasa Tidak Bisa Setiap Hari Mendatanginya Karna Bekerja. Tapi Setelah Aku Berikan Hp,Hp Yang Aku Beri Malah Dimatikan. Apa Maksudnya,Apa Tujuannya,Padahal Saat Aku Beri Aku Jelaskan Apa Maksudku Memberikan Hp Itu. Saat Ku Tanya Mudah Sekali Isteriku Menjawab,Begitupun Saat Aku Tanya Kepada Mertua,Mudah Sekali Mertuaku Menjawab.
Pada Hari Berikutnya Aku Datang Dan Meminta Ijin Lagi Pada Isteri Dan Juga Pada Mertua Untuk Membawa Anakku Selama Aku Libur,Tapi Jawaban Mereka Aku Tidak Boleh Membawanya,Isteriku Yang Akan Membawanya Sendiri Tapi Tidak Mau Bersamaku. Okey Pada Saat Itu Aku Mengalah Karna Isteriku Sudah Berjanji Dia Sendiri Yang Akan Membawa Ketempatku,Dan Dia Tidak Mau Membawanya Bersamaku Dia Memilih Membawanya Bersama Adiknya,Mertuapun Tau Kalo Anaknya Sudah Berjanji Kepadaku,Keesokan Harinya Aku Tunggu Janji Isteri Karna Aku Berharap Sekali Anakku Dapat Di Bawa Ketempatku Apalagi Bersamanya. Tapi Apa? Dari Pagi Sampai Malam Aku Tunggu Tidak Juga Datang ,Tidak Juga Mengasih Penjelasan Kenapa Tidak Datang. Apa Sih Yang Sebenarnya Mereka Mau,Sedangkan Setiap Ditanya Selalu Beribu Ribu Alasan,Aku Ingin Bersama Anakku Tapi Kenapa Aku Malah Seperti Dipermainkan,Giliran Aku Yang Mau Membawa Sendiri Tak Dibolehkan,Begitu Mereka Yang Janji Malah Tak Di Tepati.
Pernah Aku Membelikan Anakku Boneka,Dan Aku Berpesan Kepada Mertua,Bu Saya Kan Tidak Dapat Menemani Anak Setiap Hari,Boneka Yang Saya Belikan Ini Mungkin Dapat Menggantikan Menemaninya Bermain.
Mertuaku Menjawab:Loh Kok Banyak Betul,Iya Sudah Nanti Dikasihkan Kalo Dia Sudah Mengerti. Saat Aku Mendengar Jawaban Mertua Seperti Itu Kecewa Sekali(namanya juga anak bayi umur 10 bulan,memang dia belum mengerti itu benda apa,tapikan rasa taunya ada dan

juga sudah bisa melihat,kalo mau di kasihkan dengan yang sudah mengerti ya lebih baik buat mertua saja,ucapanku dalam hati) Padahal Saat Itu Aku Sudah Membayangkan Anaku Senang Dengan Boneka Yang Aku Beli Untuknya. Pernah Juga Aku Memberi Uwang Kepada Isteriku Untuk Kebutuhan Anak Dan Dia Sendiri,Tapi Uwang Yang Aku Kasih Itu Tidak Di Pergunakan Sampai Sekarang,Dan Itupun Karna Mertua Yang Melarang Menggunakan Karna Mertua Merasa Dirinya Masih Mampu Membiayai Anaknya(sombong),Aku Coba Lagi Cara Lain,Aku Buatkan Atm Dan Aku Berikan Kepada Mertua,Sebelum Aku Memberikannya Aku Bilang:Terimakasih Selama Ini Mungkin Keperluan Masih Ibu Bantu Dan Tapikan Saya Juga Punya Tanggung Jawab Apalagi Pada Anak. Saya Serahkan Atm Ini Dan Kalo Ada Kebutuhan Pada Anak Saya Tolong Ibu Gunakan Atm Ini Saja.
Mertuaku Menjawab:Saya Beban Megang Atm Ini,Nanti Jangan Tersinggung Ya Kalo Pas Di Cek Duitnya Tidak Berkurang. Aku Langsung Merasa Mertua Tidak Menghargai Pemberianku,Padahal Itu Buat Anakku Sendiri,Saat Itu Mertua Seakan Mematahkan Semangatku Untuk Mencari Uwang Buat Anak.(mungkin mertua mampu membiayai anak dan isteriku,tapi harusnya mertua juga bisa menghargai posisiku.)
Pada Saat Ada Kesempatan Akupun Mengajak Mertua Bicara:
Aku….:Mohon Maaf Sebelumnya Saya Mau Tanya Apa Maunya Ibu Sekarang,Dan Apa Yang Baik Harus Saya Lakukan
Mertua….:Ibu Tidak Bisa Bantu,Ibu Juga Tidak Berhak Mengatur Karna Terserah Anaknya Aja,Karna Anak Yang Ngejalani
Aku….:Kenapa Baru Sekarang Ibu Bilag Begitu,Bukankan Waktu Hubungan Kami Baik,Ibu Yang Malah Mengatur Rumah Tangga Kami,Dan Padahal Ibu Juga Tau Keinginan Kami Berbeda Tapi Tetap Ibu Memaksakan Keinginan Ibu
Mertua….: Diam Tak Menjawab
Aku….:Kalo Ibu Berbicara Ibu Harus Adil Dan Bisa Pertanggung Jawabkan Perkataan Ibu
Mertua….: Diam Tak Menjawab
Aku….: Saya Mengalah Saya Yang Datang Menemui Anak,Anak Tidak Saya Bawa,Tapi Apakah Saya Harus Begitu Terus,Apakah Ibu Tega Melihat Saya Seharian Tidak Makan Dan Tidak Minum Sambil Mengasuh Anak,Apakah Ibu Ngga Ada Rasa Belas Kasihan Terhadap Saya,Mungkin Kalo Ibu Melihat Pengemis Aja Ibu Iba,Tapi Saya Ini Menantu Ibu Dan Saya Kesini Ketempat Isteri Saya Dan Apakah Menurut Ibu Itu Layak Buat Saya
Mertua….: Diam Tak Menjawab
Aku….:Saya Tanya Sama Ibu,Apakah Sifat Yang Isteri Saya Tunjukan Terhadap Saya Itu Benar
Mertua….: Tidak
Aku….:Apakah Saya Salah Memarahi Isteri Saya Kalo Isteri Saya Kemana Mana Dia Tidak Memberi Tahu Kepada Saya
Mertua….: Tidak
Aku….:Saya Mohon Sama Ibu Tolonglah Dan Saya Minta Sedikit Belas Kasihan,ibu Jangan Seakan Lepas Tangan,Dulu Kami Baik-Baik Aja Sebelum Ibu Mengatur Ngatur Kami,Apakah Saya Harus Menjalani Hubungan Begini Terus,Saya Tau Sifat Isteri Saya,Semarah Apapun Dia Tidak Pernah Sampe Begitu Dengan Saya,Tolong Istri Saya Di Suruh Pertimbangkan Lagi Keputusannya,Kalo Rasa Sayangnya Isteri Pada Saya Sudah Hilang,Saya Akan Memulainya Lagi Dari Awal,Asal Tidak Ada Kata Pisah. Kami Berumah Tangga Juga Baru,Namanya Masalah Itu Pasti Ada Dan Itulah Pelajaran Buat Kami,Kalo Ibu Tidak Senang Kami Menikah,Ibu Pisahkan Kami Baik-Baik,Ibu Seakan Pelan-Pelan Membuat Saya Jadi Salah Di Mata Isteri,Sama Aja Itu Membuat Saya Cacat Sama Isteri,Dan Akibatnya Anak Saya Yang Jadi Korban.
Mertua…: Ya Nanti Ibu Bicarakan Dengan Anak Ibu

Tapi Setelah Aku Memohon Begitu Kepada Mertua Hubungan Kami Masih Saja Tak Ada Perubahan Seakan Malah Mertua Tak Peduli,Malah Pernah Aku Tanya Kepada Isteri Ada Kah Orang Tuanya Berbicara,
Isteriku Menjawab:Tidak Ada,Berarti Apa Yang Aku Bicarakan Tidak Mertua Sampaikan Kepada Isteriku(sia-sia)Sering Juga Aku Memohon Kepada Isteri,Dan Itupun Aku Lakukan Tidak Hanya Sekali
Aku….:Tolong Kamu Pertimbangkan Keputusanmu,Ini Tidak Adil Bagiku Kalo Dirimu Hanya Melihat Kesalahanku Dan Langsung Ingin Pisah
Istri….: Aku Tetap Dengan Keputusanku
Aku….:Apa Salahku Kenapa Kamu Bilang Begitu,Sedangkan Aku Sudah Menyadari Kesalahanku Dan Tidak Akan Mengulanginya Lagi,Kalo Kamu Memang Isteri Yang Baik Kamu Akan Memberi Kesempatan Terhadap Suami Selama Suami Ada Niat Pingin Berubah
Istri….:Aku Tidak Lagi Cinta Kepadamu Dan Aku Ingin Pisah
Aku….:Apa Rencanamu Setelah pisah,Apakah Kamu Tidak Memikirkan Masa Depan Anak Seandainya Pisah
Istri….:Itu Kan Keputusanku Biar Aku Yang Mengurus Anak
Aku….:Kamu Tidak Bisa Begitu,Keputusan Kan Kamu Yang Mengambil Dan Aku Tidak Ada Keinginan Kita Pisah,Kalo Kamu Ingin Pisah Biar Anak Aku Yang Mengurusnya Hingga Iya Dewasa,Tak Apa Aku Tak Menikah Lagi Asal Anak Dapat Tumbuh Bersamaku Hingga Iya Dewasa
Istri….: Diam Tak Menjawab
Aku….:Kalo Kamu Benci Sama Aku Tolong Jangan Kamu Tunjukan Keanak,Walapun Anak Masih Kecil Diapun Juga Bisa Mengerti
Istri….: Diam Tak Menjawab
Aku….:Kalo Kamu Masih Marah Sama Aku Lebih Baik Kamu Marahi Aku Sekarang Sampai Hatimu Puas,Tapi Tolong Sama Anak Kalo Kamu Memang Benar-Benar Sayang Tunjukkan Bagaymana Rasa Sayangmu
Istri….:Buat Apa Aku Marah Tak Ada Gunanya,Aku Sayang Terhadap Anak Tak Perlu Aku Tunjukkan.
Aku….:Aku Sempat Terdiam Dan Tak Percaya,Apakah Yang Sedang Aku Ajak Bicara Itu Benar-Benar Isteriku.(akupun kembali memohon berniat meluluhkan hatinya),Aku Minta Sedikit Belas Kasihanmu Untuk Memberiku Kesempatan,Mungkin Salahku Padamau Beberapa Hari,Tapi Apakah Kamu Pernah Memikirkan Tentang Kebaikanku,Jangan Hanya Menyalahkanku Dan Kamu Merasa Tak Bersalah,Kalo Memang Aku Ada Salah Bukan Begini Caranya,Aku Sudah Meminta Maaf Dan Aku Juga Sudah Mengakui Salahku Apakah Kamu Tega Melihat Suamimu Ini Sekarang Sedang Sujud Didepanmu Untuk Memohon Belas Kasihanmu Sampai Meneteskan Air Mata,Ini Semua Aku Lakukan Karna Aku Bebar-Benar Mencintaimu Dan Tidak Ingin Kita Pisah,Apa Ini Belum Cukup Bagimu Dan Apakah Ada Cowo Yang Sepertiku Punya Salah Sampai Memohon Padamu Dan Sujud Didepanmu,Apa Salahnku Yang Sebenarnya Agar Aku Ikhlas Menerimanya,Karna Setiap Aku Tanya Kamu Selalu Diam Dan Tak Bisa Menjawab. Sungguh Sangat Tidak Punya Perasaan Kamu Terhadapku,
Saat Kamu Butuh Aku Kamu Panggil Aku,Saat Kamu Sudah Tak Butuh Aku Kamu Buang Aku Seperti Sampah Dengan Cara Tak Baik. Sadar Kah Apa Yang Kamu Lakukan Ini,Layakkah Seorang Isteri Bersikap Seperti Ini,Aku Datang Ketempatmu Tidak Mengganggumu Tapi Kamu Menulis Di Dinding FBmu Merasa Hidupmu Aku Ganggu,Kenapa Kalo Kamu Merasa Terganggu Tidak Bilang Kepadaku Secara Langsung Malah Kamu Katakan DiFB,Apakah Sudah Tidak Ada Rasa Keberanianmu. Aku Datang Ketempatmu Tak Kamu Sediakan Apa-Apa Akupun Tak Minta,Kenapa Kamu Bilang Aku Mengganggu Hidupmu,Kamupun Melakukan Sesuatu Saat Aku Datang Tak Aku Ganggu,Disini Ada Anakku Kalo Memang Kamu Keberata Aku Menginjakan Kaki Dirumahmu Biar Anak Tinggal Bersamaku Dan Kamu Bisa Hidup Tenang Tanpa Harus

Melihatku Lagi
Istri…: Diam Tak Menjawab.
Tak Ada Lagi Yang Dapat Kuperbuat,Gimana Menurut Teman Semua Dalam Posisi Seperti Ini Siapa Yang Bersalah,Dan Bagaimana Cara Mengatasinya,Aku Hanya Ingin Dapat Bersama Istri Dan Anakku Lagi,Mohon Bantuanya Dan Doanya Agar Kami Dapat Bersatu Kembali. Walaupun Kami Harus Berpisah,Semoga Isteriku Mendapatkan Laki-Laki Yang Lebih Baik Dariku Yang Dapat Menyayanginya,Dan Apa Yang Aku Rasakan Ini Tidak Akan Terjadi Padanya,Seandainya Dia Nanti Merasakan Apa Yang Aku Rasakan Sekarang Mungkin Dia Tidak Sanggup.
Pertanyaanku:
benar apa salah kalo ada orang tua mengikut campuri rumah tangga anaknya,Benar apa salah kalo ada suami disuruh ikut aturan isteri,Benar apa salah klo ada mertua selalu pengen tau urusan pribadi anaknya yang sudah menikah,Benar apa salah kalo suami memarahi isteri/menasehati isteri atas sifat isteri yang kemana mana tidak memberi tahu suami.
[ Read More ]

Ketika Kelak Aku Menjadi Tua


Wahai anak  - anakku
Pada suatu hari kamu dapati aku sudah tua
Harap kamu bersabar dan cobalah untuk fahami diri kami
Jika aku kotor semasa makan
Atau aku bermasalah untuk memakai pakayanku
Sabarlah
Ingatlah semasa kamu kecil,
Kami menghabiskan berjam-jam untuk mendidik  dan mengajar kamu memakai baju dan makan
Ingatlah semasa kamu kecil,
bermacam  permintaan dan pertanyaan kamu yang kami  tunaikan yang termampu
dan kami lakkan dengan penuh kasih sayang
jika aku tidak mau mandi dan membasuh diri
janganlah marah dan rasa malu
ingatlah kami terpaksa berjuang untuk memandikan  kamu semasa kecil dahulu
jika aku tidak pandai teknologi dan computer
janganlah diketawakan
berilah kami masa untuk memahaminya
jika aku tidak dapat bertutur dengan baik
berilah aku masa untuk mengingatinya
dan jika aku masih tidak ingat
janganlah kamu rasa terhina dan malu
apa yang penting padaku ialah kamu berada di sisi dan menemani perbualanku
dan jika aku tidak mau makan
janganlah marah dan susah hati
aku tau bila aku lapar dan bila aku kenyang
jika aku tidak lagi kuat berjalan
bantulah aku, pimpinlah aku
sebagaimana aku telah memimpin kamu sewaktu kecil dahulu
dan satu hari nanti,
aku mungkin akan berkata, aku tidak mau hidup lagi
aku akan mati
janganlah marah, karena satu hari nanti
kamu akan memahaminya
pahamilah, pada satu peringkat umur
kita bukan hidup,tapi meneruskan sisa usia
suatu hari nanti, kamu mungkin akan faham
disebalik kesilapan dan kelemahanku
aku senantiasa mau dan usahakan yang terbaik  untuk kamu
janganlah kamu merasa sedih dan kecewa pada umur tua aku nanti
tolonglah berada disisiku,
fahami kehidupanku, sebagaimana kami telah melakukan yang terbaik
dan di sisimu dari kamu lahir hingga dewasa

bantulah aku berjalan, menghadapi masa tuaku dengan sabar dan kasih sayang
senyuman dan kasih sayangmu adalah ucapan terimakasih kepadaku yang  terbaik untukku

aku ingin mati dalam iman, bahagia dan bertakwa
anak-anakku, aku merayu  kepadamu membantu aku semasa aku hidup
dan selepas aku mati nanti
aku menantikan doa-doa kamu,
itu yang paling bermaknabuatku,,
aku sayang kamu anak-anakku

[ Read More ]

100 Blog Indonesia Terbaik